Ich Mag Dich
Nadira
memandangi sekuntum bunga mawar itu. Seseorang telah mengirimkannya dan ini
bukan untuk pertama kalinya. Anehnya, selalu saja ada secarik kertas
berisi kalimat-kalimat aneh yang tak dimengerti yang diletakkan di samping
bunga mawar itu.
“Wah, rupanya adikku punya penggemar rahasia nih!” kata Kak Tony
Nadira
hanya diam, tapi dibawanya juga bunga mawar itu kedalam. Tak lama kemudian Nadira keluar lagi dengan membawa beberapa potong kertas lalu
memperlihatkannya kepada Kak Tony. Kening Kak Tony berkerut.
“Apa arti semua kalimat-kalimat ini ya?” Tanya Kak Tony
“Masa Kak Tony tak tahu,” ujar Nadira kecewa.
“Eh tunggu dulu, nanti aku Tanya ke Kak Hendri eh siapa tahu ia mengerti.” Kemudian
Nadira tersenyum penuh harap.
Ya, sejak kecelakaan menimpanya yang menyebabkan kakinya
lumpuh dan menewaskan Ayah dan Ibu, pijar di mata anak berumur 10 tahun itu
telah hilang. Akan tetapi, sejak adanya kiriman bunga mawar itu, mata Nadira
kembali bercahaya saat membuka pintu dan didapati di sana terdapat sekuntum
bunga mawar. Sore harinya, Kak Tony pergi ke rumah Kak Hendri untuk menanyakan hal tersebut.
“Maaf, aku benar-benar tak mengerti arti kalimat-kalimat
ini,” ujar Kak Hendri
Setelah mengucapkan terima kasih, Kak Tony kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, ia terus membaca kalimat-kalimat ini satu per satu.
“Akhirnya aku tahu apa arti salah satu kalimat ini,”pikir Tony
dalam hati. “Nadira,” panggil Kak Tony penuh semangat.
“Ada apa, Kak? Apa kakak sudah tahu apa arti kalimat-kalimat
itu?” Tanya Nadira bertubi-tubi.
“Coba kamu lihat kertas yang ini. Ich Mag Dich, artinya
aku suka kamu.”
“Bagaimana Kakak bias tahu?”
“Itu adalah bahasa Jerman. Kebetulan dulu taman Kakak ada
yang sering mengucapkan kalimat itu. Mungkin kertas yang lain juga mempunyai
arti yang sama.”
Wajah Nadira semakin berseri mendengar penjelasan Kakak
semata wayangnya.
“Kira-kira, siapa yang mengirimkan semua ini ya. Aku akan
menyelidikinya,” pikir Nadira dalam hati.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Nadira sudah keluar dari
rumah. Kemudian ia mengawasi sekeliling, tapi kala itu jalanan masih sepi.
Belum yang banyak lalu lalang. Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki membawa
sekuntum bunga mawar. Nadira pun keluar dari tempat persembunyiannya.
Dengan dada yang berdebar-debar kencang, dihampirinya lelaki
itu. Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat sipa lelaki itu. Dia adalah Kak
Tony. Mereka berdua saling berpandangan. Sedetik kemudian Kak Tony berkata,
“Maafkan aku. Aku telah membohongi kamu, adikku. Aku hanya ingin membuat kamu
merasa lebih dicintai. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali melihat cahaya
dan keriangan dimatamu. Sejak adanya bunga-bunga itu,” ujar Kak Tony panjang
lebar. Nadira tertunduk.
Diam-diam dai terharu mendengar penjelasan Kakaknya. Baginya
siapa pelakunya itu tak penting. Tapi yang terpenting adalah ia sekarang tahu
bahwa Kak Tony sangat menyayanginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar