Pendahuluan
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat. Definisi kedua dari kamus tersebut,
banjir adalah berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap. Pengertian kedua
ini biasanya dipakai untuk menyebutkan sungai atau kali yang banjir.
Banjir sebagai suatu keadaan air
yang menenggelami atau menggenangi sesuatu kawasan atau tempat yang luas.
Adapula yang mendefinisikan banjir sebagai luapan air yang melebihi dari standar
kapasitas akibat hujan yang terus-menerus. Ada lagi yang menyatakan banjir
sebagai hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan
bumi kawasan tersebut. Bila merunut sejarah, banjir Jakarta ini sebenarnya
sudah berlangsung lama, sejak Jan Pieterszoon Coen pada awal abad 17 silam
mendirikan Batavia dengan konsep kota air (waterfront city). Coen merancang
Kota Pelabuhan Sunda Kelapa dengan kanal-kanal air seperti Amsterdam atau
kota-kota lain di Belanda. Dalam catatan sejarah banjir, sejak dulu Batavia
sudah kesulitan menangani musibah ini. Misalnya catatan banjir pada 1621, 1654,
1873, 1918 hingga 1909, banjir sudah menggenangi permukiman warga karena limpahan
air dari sungai Ciliwung, Cisadane, Angke dan Bekasi. Pada 1918, misalnya, banjir juga pernah melumpuhkan Batavia. Sarana
transportasi, termasuk lintasan trem listrik terendam air. Dua lokomotif
cadangan dikerahkan untuk membantu trem-trem yang mogok dalam perjalanan
Analisa
Peristiwa banjir di Ibu Kota cukup
memprihatinkan terlebih jika musim hujan sudah tiba. Banjir yang terjadi pun
disebabkan banyak factor yang terutama karena human error. Diantaranya
kebiasaan warga Jakarta membuang sampah sembarangan yang dapat menyumbat
saluran-saluran air di lingkungannya. Selain membuang sampah sembarangan
salahsatu factor banjir yang terjadi di Jakarta ialah drainase yang buruk. Hal
ini dibuktikan dengan tergenangnya jalan di daerah Sudirman yang dapat
dikatakan jarang banjir. Pada tahun lalu hujan mengguyur ibu kota hampir
seharian dan akhirnya jalan-jalan protocol Sudirman terendam dan yang paling
buruknya banjir memasuki basement kantor hingga menelan korban jiwa. Dan belum
lama ini hujan mengguyur Jakarta dan daerah Sudirman kembali digenangi sehingga
melumpuhkan aktivitas perkantoran sehingga membuat kerugian dalam perputaran
ekonomi di Ibu kota.
Banjir di Jakarta pun disumbang
oleh kota penyangga ibu kota yaitu kota Bogor terutama. Curah hujan dengan
intensitas tinggi selalu mengguyur kota Bogor. Tidak asing jika kota Bogot
disebut dengan kota Hujan. Hujan yang turun di Bogor khususnya daerah puncak
membuat bendungan di Pintu Air Katulampa meninggi, seperti kita tahu air yang
berasal dari Katulampa akan mengalir ke laut melalui sungai-sungai yang
melintasi daerah Jakarta. Salah satunya sungai Ciliwung yang berada di daerah
Kampung Melayu, jika hujan mengguyur bogor dengan deras warga sekitara
Kp.Melayu bersiap untuk menerima banjir kiriman walupun di Jakarta tidak turun
hujan. Banjir kiriman ini disebabkan sungai Ciliwung yang meluap karna debit
air sangat banyak.
Kerugian lain yang muncul akibat
peristiwa banjir ialah dalam hal kesehatan. Pemukiman yang terendam banjir
sangat berpotensi menyerbarkan penyakit yang umumnya diare karna pencemaran
air, DBD karna populasi nyamuk bertambah banyak, serta penyakit-penyakit lain
yang umumnya terjadi pada peristiwa banjir. Kerugian yang lainnya masih bayak
lagi yang ditimbulkan atas peristiwa banjir di Jakarta.
Berbagai macam cara dilakukan
untuk menanggulangi banjir, diantaranya membuat Banjir Kanal Barat dan Banjir
Kanal Timur untuk daerah yang sangat rawan banjir. Cara lain adalah membuat
lubang serapan sebanyak mungkin agar air hujan dapat masuk cepat kedalam tanah
dan meminimalisir genangan disekitarnya. Dan cara yang paling ampuh adalah
merubah pola pikir warga untuk sadar akan peraturan-peraturan pemerintah
provinsi DKI yang diantaranya tidak membuang sampah sembarangan dan untuk warga
yang rumahnya berada di pinggirian Sungai untuk mau direlokasi.
Referensi: