Halaman

Sabtu, 26 April 2014

TEORI ORGANISASI UMUM 2 (5 - 6)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI Latar belakang suatu keputusan Dalam pembahasan soal pengambilan keputusan maka sungguh mengesankan dan berfaedah meninjau setiap organisasi, perorangan, dan kelompok perorangan yang bersangkutan dari segi teori sistem. Dalam rangka teori istilah sistem berarti seperangkat unsur atau komponen yang terkait dalam berbagai bentuk hubungan. Perilaku sesuatu sistem ditentukan oleh hubungan antar unsurnya. Suatu organisasi, sebagai misal, dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas beberapa perorangan, atau beberapa kelompok perorangan, atau terdiri atas beberapa bagian yang bekerja sama untuk mencapai seperangkat tujuan bersama. Maka perilaku dari organisasi itu untuk sebagian ditentukan oleh perilaku dari bagian-bagiannya serta dari hubungan antar-bagian. Sistem-sistem itu terdapat pada berbagai tingkatan. Pada tingkat jenjang bawah dalam suatu hirarki (tata-jenjang) masing-masing unsur dapat dipandang sebagai sistem-sistem tersendiri. Misalnya, masing-masing bagian dalam suatu organisasi menunjuk ciri-ciri sebagai suatu sistem lengkap. Pada tingkat yang lebih tinggi, organisasi aslinya dapat pula dipandang sebagai suatu unsur dalam sistem yang lebih luas. Tatanan jenjang semacam ini banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Tatanan ini muncul dalam beraneka bentuk kegiatan manusia. Dalam ungkapan umum tidak terdapat batas yang logis dalam proses pembagi-bagian sistem dalam unsur-unsurnya. Namun dalam praktek proses pembagi-bagian itu hanya dilanjutkan sejauh yang perlu berkenan dengan pertimbangan sesuatu soal. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan lancar. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Dengan peningkatan kemampuan seseorang dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi. Dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh proses pengambilan keputusan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan evaluasi dari pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh elemen-elemen dalam administrasi sebagai suatu sistem organisasi. Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi. Definisi Pengambilan Keputusan Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human relations. Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian tentang “pengambilan keputusan”. Pertama Pengambilan keputusan adalah inti dari manajemen dalam organisasi, yaitu hal yang dilakukan oleh ketua dalam suatu kegiatan yang dilakukan dalam organisasi untuk mengambil suatu tindakan atau pilihan yang harus dilakukan yang akan menghasilkan keputusan untuk kebaikan bersama (stephen P.Robbins: manajemen). Yang kedua, Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan). Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari ketiga pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.   Jenis-Jenis Keputusan Organisasi 1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : 1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan. 2. Pengambilan Keputusan Rasional Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu. 3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit. 4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah. 5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas. Jenis-jenis pengambilan keputusan Gaya Direktif Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis. Gaya Analitik Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis. Gaya Konseptual Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Gaya Perilaku Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan membuat orang sedih. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu : Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya. Proses Pengambilan Keputusan Sifat dan wujud proses pengambilan keputusan telah ditelaah secara intensif dalam beberapa tahun terakhir ini. Kesimpulan yang diperoleh dari masing-masing karya telah berbeda-beda dalam sejumlah aspeknya. Namun semua studi itu sama-sama berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakupi beberapa tahap yang saling terjalin, dan bukanlah merupakan suatu perbuatan terpisah. Salah satu pengarang pertama yang melukiskan proses pengambilan keputusan itu sebagai serangkaian tahap ialah John Deway. Dalam karya yang dikarangnya pada tahum 1910 dia mengemukakan bahwa proses pemecahan masalah dapat dipandang terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai jawaban atas tiga pertanyaan: 1. Apakah masalahnya? 2. Bagaimana masing-masing alternatifnya? 3. Alternatif yang manakah yang lebih unggul? Beberapa model lainnya mengenai proses pengambilan keputusan mengikuti pendekatan umum seperti yang disarankan oleh Dewey. Mungkin yang paling terkenal ialah model Herbert A. Simon. Model ini terdiri atas tiga tahap, yang dapat diperincikan sebagai berikut: Intelijen : Lingkungan intern dan ekstern dari pengambil keputusan di selidiki untuk menemukan kondisi yang memerlukan keputusan, lalu dikumpulkan informasi tentang aneka kondisi itu. Disain : Berbagai macam tindakan yang tersedia pada para pengambil keputusan itu ditetapkan lalu dianalisis setelah berhasil melacak problematik pemecahan potensial bagi masing-masing masalah keputusan. Pilihan : Salah satu langkah tindakan itu dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian tentang keefektifannya guna mencapai sasaran. Dalam suatu karya kemudian Simon menambahkan tahap yang keempat yang disebutnya tahap peninjauan (review). Tahap peninjauan itu mencakupi suatu proses penilaian terhadap pilihan-pilihan yang terdahulu, untuk mempertimbangkan kemungkinana penyesuaian terhadap pendekatan yang telah diterapkan sebagai persiapan untuk kegiatan pengambilan keputusan selanjutnya. Tahap keempat ini merupakan suatu penyesuaian terhadap teknik-teknik pengambilan keputusan umumnya, dan bukan merupakan bagian dari proses yang diterapkan terhadap suatu situasi keputusan khas tertentu. Suatu uraian yang lebih terperinci mengenai proses pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh Eilon dalam makalahnya yang bermaksud menjajaki berbagai aspek tentang wujud dan sifat keputusan. Proses keputusan yang dilukiskan oleh Eilon itu terdiri atas delapan tahap, yang dapat diperincikan secara singkat sebagai berikut : 1. Masukan (input) informasi 2. Analisis dari informasi yang tersedia 3. Spesifikasi tolok ukur dari prestasi dan biaya 4. Pembuatan model tentang situasi keputusan 5. Perumusan beraneka alternatif (atau strategi) yang tersedia bagi para pengambil keputusan 6. Peramalan mengenai hasil dari masing-masing alternatif 7. Perincian kriteria pilihan di antara berbagai alternatif 8. Penjelasan pemecahan situasi keputusan Model Simon maupun Eilon kedua-keduanya menyajikan suatu kerangka awal untuk mempertimbangkan proses keputusan dan memberi gambaran tentang urutan tindakan yang perlu dilakukan sebelum situasi keputusannya dapat diselesaikan. Dalam praktek, langkah-langkah tahapan itu dapat berlangsung dengan urutan yang agak menyimpang. Ada yang berlangsung secara implisit, dan ada pula yang berlangsung secara serentak. Lagipula proses keputusannya acapkali terdiri atas serentetan pengulangan dari sebagian atau seluruh langkah yang telah diperincikan, dan bukan berlangsung sekali dalam proses yang mencakupi serentetan tahap. Referensi : K. J Radford Analisis Keputusan Manajemen (MODERN MANAGERIAL DECISION MAKING) N. Howard, Paradoxes of Rationality, the MIT Press, 1971. K. J Radford, Managerial Decision Making, Reston, 1975. Wahjono Sentot, Imam. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2010. Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995 Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989 www.antaranews.com diakses Senin, 16 November 2009 P.Robbins, Stephen & Mary Coulter. 2005. Management, eight edition. Erlangga: Jakarta

TEORI ORGANISASI UMUM 2 (3 - 4)

BEKERJASAMA DALAM TEAM (Kelompok) Pengertian Kelompok Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung hidup dengan cara berkelompok. Berbagai kelompok manusia bisa ditemukan di atas permukaan bumi ini. Dasar pandangan dalam membentuk kelompok itu sendiri bisa berdasarkan dari berbagai macam hal. Mulai dari kelompok orang yang mempunyai hobi yang sama, aktivitas yang sama, sampai kelompok orang yang berasal dari suatu daerah yang sama. Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948). Team work bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama. Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya. Sementara untuk membentuk dan membangun team work yang solid, tentu tidak semudah kita membalikan telapak tangan, team work yang solid akan menciptakan hasil yang maksimal dalam suatu tim tersebut. Ada beberapa poin-poin penting yang harus diketahui atau perlu di mengerti demi kebersamaan dalam sebuah team work yang baik, adapun poin-poin tersebut adalah sebagai berikut : 1. Teamwork adalah kerjasama dalam tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan. 2. Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual. 3. Filosofi teamwork: ‘Saya mengerjakan apa yang anda tidak bisa dan anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa’. 4. Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparment harus disingkirkan. 5. Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual. 6. Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian. 7. Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama. 8. Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi. 9. Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana? 10. Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target. 11. Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemutusan kerjasama. 12. Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama. 13. Ingatlah selalu bahwa: ‘Teamwork makes the dream work’. Karakteristik Kelompok Karakteristik Kelompok antara lain: 1. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik secara verbal maupun non verbal. 2. Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok 3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit. 4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama. 5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya. Teamwork yang solid akan mampu memberikan hasil yang maksimal, tentu karena kerja keras tim yang didukung oleh superman-superman sebagai anggota tim sehingga bisa menghasilkan pemikiran-pemikiran yang hebat, ide-ide yang super, bisa memberikan hasil yang maksimal dan luar biasa dalam superteam tersebut. Sekiranya seperti itulah pengertian tentang teamwork yang selama ini sering kita dengarkan dan sering kita bicarakan baik dalam lingkup lingkungan kerja dan dalam lingkup saat kita bermasyarakat. Tahap-tahap Pembentukan Kelompok Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan. Tahap 1 - Forming Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya. Tahap 2 - Storming Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini. Tahap 3 - Norming Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok. Tahap 4 - Performing Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi. Tahap 5 - Adjourning dan Transforming Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.   Kekuatan Team Work Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disAdari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama. Pentingnya TEAM WORK dalam perusahaan Kemampuan untuk membangun teamwork merupakan hal yang penting. Di dalam sebuah perusahaan, teamwork akan muncul jika setiap individu di dalam perusahaan tersebut menyadari bahwa mereka tidak mungkin mampu mencapai tujuan perusahaan secara individual. Telkom, tidak mungkin mampu menjadi Dominant Infocom Player in The Region, hanya karena kontribusi satu atau segelintir orang, namun Telkom mampu mencapai tujuan tersebut atas kontribusi seluruh karyawannya. Tiap individu atau tiap kelompok individu memang memiliki tujuan masing-masing. Akan tetapi, dalam teamwork yang efektif, tujuan masing-masing kelompok akan muncul sebagai target bersama dan menimbulkan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya secara positif. Product owner memiliki ketergantungan pada delivery channel, begitu pun sebaliknya, dan masing-masing memiliki ketergantungan pula pada unit-unit bisnis pendukung. Secara umum, Teamwork yang efektif ditandai oleh beberapa hal, yaitu : 1. Adanya rasa ketergantungan dan kebersamaan antar anggota 2. Terbentuknya rasa nyaman dan situasi kompetitif yang sehat 3. Munculnya komitmen yang tinggi dalam mencapai sasaran kerja 4. Terbentuknya kompetensi penanggulangan konflik dan stress kerja yang efektif. Dalam tingkat selanjutnya, teamwork harus dibangun mulai dari unit terkecil dalam perusahaan, yaitu dari individu pegawai. Yang mampu melakukan teamwork, diukur melalui beberapa perilaku kunci, yaitu : 1. Menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas tim 2. Menghargai kemampuan, pendapat atau kontribusi orang lain 3. Membagi pengetahuan, pendapat dan gagasan dalam proses pengambilan keputusan tim 4. Menyelaraskan tujuan individu dengan tujuan tim 5. Mendorong anggota lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam tim 6. Mendukung keputusan yang disepakati bersama.   Beberapa tips yang dapat disimak dibawah ini : 1. Agar mampu menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas tim, cobalah untuk : - Membuat jadwal kerja yang disesuaikan dengan jadwal kerja unit / bagian. - Menyesuaikan irama kerja pribadi dengan irama kerja kelompok - Menunjukkan sikap disiplin dan komitmen terhadap jadwal kerja yang telah disepakati. 2. Agar mampu menghargai kemampuan, pendapat dan kontribusi orang lain, Anda perlu : - Memiliki sikap empati. Empati dapat ditunjukkan dengan memberikan komentar yang tepat terhadap pendapat orang lain. - Melakukan komunikasi efektif dalam menanggapi perbedaan pendapat. Hal ini dapat ditunjukkan melalui sikap toleran & kooperatif terhadap perbedaan pendapat, asertif dan terbuka untuk mecari jalan keluar yang paling efektif. 3. Untuk mampu berbagi pengetahuan, pendapat dan gagasan, beberapa teknik yang dapat dilakukan : - Peduli dan aktif memahami masalah kelompok - Menginformasikan pengetahuan atau sumber informasi pada kelompok - Aktif memberi alternatif solusi masalah - Mencari persamaan dan perbedaan pendapat pribadi dengan pendapat tim - Menjelaskan informasi baru yang dimiliki kepada kelompok. 4. Guna menyelaraskan tujuan individu dengan tujuan tim, Anda dapat melakukan negosiasi tujuan, beberapa caranya adalah : - Sadari adanya perbedaan tujuan diantara anggota kelompok - Bersikap terbuka terhadap perbedaan tersebut - Cobalah memahami dimana letak perbedaan yang ada - Kompromi atau mengalah untuk sasaran yang dominan dalam kelompok - Kombinasikan perbedaan tujuan diri dengan tujuan tim yang baru - Kooperatif dalam mencari titik temu dari berbagai perbedaan tujuan. 5. Agar mampu mendorong anggota tim lain untuk berpartisipasi aktif, Anda dapat : - Mengajak anggota kelompok yang lain untuk memberikan pendapat - Memberi arahan akan pentingnya kebersamaan - Memberikan rasa aman dan rasa percaya dalam memberikan pendapat - Mengajak kelompok untuk mengkaji pendapat setiap anggota - Mendorong anggota yang tidak berani mengemukakan pendapat - Membuat iklim diskusi yang sehat tapi kompetitif.   6. Mendukung keputusan yang disepakati bersama dapat terlihat melalui perilaku sebagai berikut : - Toleran dan mampu memahami keputusan akhir dari kelompok - Menunjukkan sikap commit dan bertanggung jawab atas keputusan akhir kelompok - Menyadari keputusan akhir adalah untuk kepentingan bersama. - Menunjukkan sikap terbuka dan semangat dalam melaksanakan keputusan akhir. Pada akhirnya, berhasil atau tidaknya sebuah seseorang melakukan teamwork akan sangat tergantung pada hal-hal berikut :Ia harus memiliki sikap terbuka, asertif dan kooperatif terhadap perbedaan pendapat 1. Ia yakin dan mampu menunjukkan sikap dalam menyatakan pendapatnya. 2. Kreatif dalam membangun rasa kebersamaan 3. Mampu mengintegrasikan perbedaan pendapat\ 4. Memiliki wawasan yang luas dan mantap dalam mengelola emosi. Semoga setiap insan mampu memiliki kualitas personal yang positif dalam mengelola kerja sama tim sehingga terjalin tim yang solid dalam menghadapi persaingan dengan para kompetitor. Implikasi Manajerial Dalam pengambilan keputusan dibidang manajerial, seorang pemimpin harus memperhatikan segala aspek yang melatarbelakangi sebuah permasalahan yang harus diberikan jalan keluar. Ketrampilan seorang pemimpin dalam hal ini harus selalu diasah karena permasalahan yang muncul akan semakin kompleks dan semakin membutuhkan pertimbangan yang matang. Dibutuhkan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan-keputusan penting, tetapi resiko dari keputusan yang telah diambilpun harus bisa diterima oleh semua kalangan. Oleh karena itu penting untuk seorang pemimpin memperhatikan detail dari semua aspek yang ada, sebisa mungkin sebuah keputusan harus diambil untuk kebaikan dan keadilan semuanya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen. Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu : 1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan. 2. Implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan. Pengalaman Bekerjasama dalam kelompok Dalam bekerjasama merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama. Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari berkelompok tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama. Sebaiknya jika dalam membahas pelajaran juga harus dibuat Berkelompok agar kita dengan mudah menanyakan kepada tim jika kurang mengerti. Referensi : Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen komunikasi: Yogyakarta. Media Pressindo. Parcek, udai.1996. Perilaku keorganisasian: jakarta. Pustaka binaman perssindo. Richard L. Daft, Era Baru Manajemen. New Era Of Management. http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/07/01/team-team-work-excellence-achieving-dan-moving-forward-468514.html http://id.wikipedia.org/wiki/kelompok_sosial http://id.wikipedia.org/wiki/kerjasama